B. Hijau
Dua pewarna hijau sintetis yang disebut dengan Scheele’s Green dan Paris Green pertama kali diperkenalkan pada abad ke-18. Pewarna ini jauh lebih hidup dan mencolok daripada pewarna hijau yang relatif kusam yang terbuat dari pigmen alami, sehingga Scheele’s Green dan Paris Green dengan cepat menjadi pilihan populer untuk cat dan pewarna tekstil, wallpaper, sabun, hiasan kue, mainan, permen, dan pakaian. Pigmen hijau ini dibuat dari senyawa yang disebut dengan tembaga hidrogen arsenik (copper arsenite). Pada manusia, paparan arsenik bisa merusak cara sel berfungsi dan berkomunikasi.
Dan adanya tingkat arsenik dalam jumlah tinggi secara langsung telah dikaitkan sebagai penyebab kanker dan penyakit jantung. Akibatnya, pekerja pabrik kain abad ke-18 kerap teracuni, dan wanita yang berpakaian hijau dilaporkan pingsan akibat paparan arsenik pada kulit mereka. Bahkan serangga pun tidak mau tinggal di kamar hijau dari pewarna cheele’s Green dan Paris Green. Dan terdapat indikasi bahwa Napoleon meninggal karena keracunan arsenik secara berangsur-angsur karena tidur di kamarnya yang hijau. Warna hijau merupakan warna favorit napoleon, dan ia meninggal di karenakan kanker perut. Arsenik tak hanya sangat beracun, tetapi juga merupakan zat karsinogen (penyebab kanker).
Toksisitas yang sangat tinggi dari pewarna hijau ini tetap tersembunyi sampai dengan resep adanya kandungan arsenik diterbitkan pada tahun 1822. Dan satu abad kemudian, pewarna tersebut di kemas kembali sebagai insektisida (obat anti serangga). Pewarna hijau sintetis mungkin merupakan warna paling berbahaya yang digunakan secara luas, tetapi setidaknya tidak memiliki sifat yang di miliki radium yaitu radioaktivitas. Warna selanjutnya, yaitu oranye memiliki kemampuan memancarkan radiasi (radioaktivitas).
