Chameleon (famili Chamaeleonidae) sering di artikan serupa dengan Bronchocela jubata (Famili Agamidae), atau kita biasa menyebutnya dengan Bunglon, (green crested lizards, conservation status : LC (IUCN 3.1). Pada awalnya sih saya agak sedikit bingung, waktu mencari kata lain dari Chameleon, yang muncul ialah kata “bunglon”, sedangkan bunglon familinya berbeda dengan chameleon, begitu juga kata ” bunglon” jika di artikan ke dalam bahasa Inggris menjadi Chameleon.
Chameleon ialah -famili chamaeleonidae, sedangkan bunglon ialah- famili agamidae, mungkin karena mereka sama-sama bisa berubah warna kulit kali ya. Persebaran kedua-duanya pun berbeda, chameleon umumnya di temukan di daratan sub Sahara dan Madagaskar dan juga beberapa tempat lainnya, sedangkan bunglon pada umunya ditemukan “hanya” di Indonesia yaitu di pulau, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Singkep Karakelang, Salibabu, pulau Nias, serta di Filipina, Kamboja dan Thailand. berikut ini gambar persebarannya: (http://en.wikipedia.org/wiki/Bronchocela_jubata)
Bronchocela Jubata Distribution
Bunglon sendiri mulai kehilangan habitat alami, karena banyaknya area-area hijau yang di alih fungsikan menjadi bangunan dan tempat tinggal. Bunglon juga mengalami persaingan dengan reptil-reptil lainnya yang bukan berasal dari habitat asli yang sama dengan bunglon dan berkembang biak, hal ini di mungkinkan dengan banyaknya reptil luar yang di perjual-belikan serta terlepas ke alam. Manusia merupakan faktor utama hilangnya keaneka ragaman hayati lokal yang ada di alam kita sendiri.
Tentang Chameleon
Chameleon tidak mengubah warna untuk menyesuaikan background lingkungan mereka. Sepenuhnya merupakan sebuah mitos. Chameleon mengubah warna sebagai akibat dari keadaan emosional yang berbeda. Jika chameleon merubah kulit menyerupai latar belakang lingkungan mereka, hal itu sepenuhnya merupakan sebuah kebetulan. Chameleon berubah warna saat ketakutan, saat diambil atau ketika mereka mengalahkan chameleon lainnya dalam sebuah perkelahian. Mereka juga berubah warna saat melihat ada lawan jenis di sekitar mereka serta chameleon kadang-kadang berubah warna karena fluktuasi baik disebabkan oleh cahaya atau suhu.
Kulit chameleon mengandung beberapa lapisan sel-sel khusus yang disebut dengan chromataphores (dari bahasa Yunani :chroma , yang berarti warna, dan pherein yang berarti untuk membawa), masing-masing dengan pigmen warna yang berbeda. Perubahan keseimbangan antara lapisan-lapisan ini menyebabkan kulit mencerminkan jenis cahaya yang berbeda, membuat bunglon tampak beraneka warna. Chameleons dapat tetap tidak bergerak selama beberapa jam pada suatu waktu.
Chameleon terparasit oleh cacing nematoda termasuk cacing kremi (Filarioidea) dan cacing gelang. cacing kremi dapat ditularkan melalui gigitan serangga seperti kutu dan nyamuk. Cacing gelang ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi dengan telur cacing gelang; larva menggali lubang melalui dinding usus menuju aliran darah. wuih serem banget (^~^)
Chameleon adalah subyek untuk beberapa parasit protozoa, seperti Plasmodium yang menyebabkan malaria, Trypanosoma yang menyebabkan penyakit tidur, dan Leishmania yang menyebabkan leishmaniasis. Chameleon juga subyek parasitisme oleh coccidia, termasuk spesies dari genera Choleoeimeria, Eimeria, dan Isospora.
Kata Chameleon, berasal dari bahasa Yunani, khamaí –di atas tanah dan léōn-singa.
Artikel Menarik Lainnya :
- Perbedaan Monyet dan Kera
- Cara Bertahan dari Gigitan Ular Berbisa
- Sanca Kembang, Ular Terpanjang di Dunia
- Mengenal Cacing Pita dan Infeksinya
- 10 Makhluk Paling Mematikan dan Berbahaya di Dunia
- Blue-Ringed Octopus, si Gurita Paling Mematikan di Dunia
LampuKecil.com